RESENSI NOVEL BINTANG KARYA TERE
LIYE
Oleh: Adi Suryo Nugroho
Novel Bintang merupakan novel keempat
dalam serial Bumi karya Tere Liye. Novel ini masih bercerita tentang
petualangan Ali, Raib, dan Seli di dunia paralel yang di mana kali ini mereka
akan kembali ke Klan Bintang untuk menyelamatkan dunia paralel. Novel ini
sebenarnya melanjutkan novel sebelumnya yang berjudul Matahari yang
merupakan seri ketiga dari serial Bumi yang sebelumnya Ali, Raib, dan
Seli mendengar kabar kalau pasak-pasak perut bumi akan segera dilepaskan oleh
Dewan Kota Zaramaraz. Pada novel Matahari, petualangan Raib hanya
sekitar Lembah Hijau dan Kota Zaramaraz yang di mana lebih banyak aksi dan juga
pertarungan ketimbang penjelajahan, tetapi dalam novel Bintang ini
nantinya petualangan mereka bertiga akan lebih luas lagi, menembus
lorong-lorong Klan Bintang.
Judul :
Bintang
Pengarang :
Tere Liye
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman :
392 Halaman
Sinopsis :
Kami bertiga teman baik. Remaja, murid kelas
sebelas. Penampilan kami sama seperti murid SMA lainnya. Tapi kami menyimpan
rahasia besar.
Namaku Raib, aku bisa menghilang. Seli, teman
semejaku, bisa mengeluarkan petir dari telapak tangannya. Dan Ali, si biang
kerok sekaligus si genius, bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga
kemudian bertualang ke dunia paralel yang tidak diketahui banyak orang, yang
disebut Klan Bumi, Klan Bulan, Klan Matahari, dan Klan Bintang. Kami bertemu
tokoh-tokoh hebat. Penduduk klan lain.
Ini petualangan keempat kami. Setelah tiga
kali berhasil menyelamatkan dunia paralel dari kehancuran besar, kami harus
menyaksikan bahwa kamilah yang melepaskan “musuh besar”-nya.
Ini ternyata bukan akhir petualangan, ini
justru awal dari semuanya…
Kelebihan:
Kelebihan novel Bintang adalah
bahasanya yang lugas dan sangat mudah dipahami. Petualangan kali ini mereka
lebih luas lagi yaitu, menjelajah lorong-lorong kuno yang berada di Klan
Bintang. Seperti novel Bulan yang di mana menjelajah Klan Matahari,
tetapi pada novel ini terasa lebih puas lagi. Penokohan Ali, Raib, dan Seli
terasa terbangun dan pas. Selain itu, sosok Raib dan Ali di novel Bintang
ini cukup berkembang baik dari segi pendewasaan tokoh maupun kekuatannya.
Politik yang dihadirkan dalam novel ini bisa dikatakan cukup sesuai dan
kompleks, salah satunya dari dialog tokoh Miss Selena dan Raib:
“Saat
kamu dewasa, Raib, kamu akan memahami banyak hal yang tidak bisa dimengerti di
dunia orang dewasa. Keserakahan, kebencian… Tamus misalnya, dia memiliki
segalanya, tapi tetap rakus. Ketua Konsil Matahari lama juga menginkan kekuatan
yang lebih besar. Mereka membenci orang-orang biasa. Sebaliknya, elit Kota
Zaramaraz membenci para pemilik kekuatan. Kekuasaan yang terlalu lama cenderung
membuat seseorang rusak. Itu bisa membuatmu mengkhianati teman-teman terbaik.
Membuatmu melakukan hal-hal buruk yang jauh dari kehormatan seorang petarung.”
(Bintang: 103)
Kekurangan:
Kekurangan dalam novel ini, terlalu monoton.
Banyak kalimat perintah yang diulang-ulang di setiap babnya dan kebanyakan sama
dan itu terus terjadi sepanjang novel ini, seolah Tere Liye yang merupakan
pengarang seri ini kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan atau membuat
percakapan dalam novel Bintang.
Selepas dari kekurangan itu, novel ini
setidaknya menggambarkan luas bagaimana peradaban di Klan Bintang, berbeda dari
pendahulunya yaitu Matahari yang penuh dengan pertarungan ketimbang
penjelajahan.