Internet Putus, Kuliah Pupus
Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk mengunduh dan mengunggah foto, file, atau video di perangkat elektronik anda? Selain dipengaruhi oleh tipe dari perangkat elektronik yang anda pakai, kecepatan dalam mengunduh dan mengunggah file juga dipengaruhi oleh kecepatan jaringan internet yang anda gunakan.
Berdasarkan data akurat dari salah satu situs berita terpercaya. Kecepatan jaringan internet di Indonesia masih kalau jauh dibandingkan dengan kecepatan jaringan internet di negara tetangga kita, Singapura. Indonesia menempati urutan ke sembilan dari sepuluh negara di Asia Tenggara dalam pemeringkatan kecepatan jaringan internet dengan angka kecepatan mengunduh sebesar 16.34 Mbps di bawah Kamboja satu tingkat. Sedangkan Singapura menempati urutan pertama dengan kecepatan mengunduh sebesar 197.04 Mbps di atas Malaysia satu tingkat.
Di masa pandemi virus korona seperti saat ini, sebagian besar lini kehidupan mau tidak mau harus tersentuh oleh bantuan dari teknologi dan tentunya internet. Namun, di tengah kebutuhan jaringan internet yang begitu besar, Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tepat dan cepat. Sebagai bukti, pembelajaran jarak jauh yang menggunakan jaringan internet belum terlaksana dengan lancar sebagaimana rencana. Alih-alih diharapkan bisa terbantu dengan adanya bantuan kuota internet gratis, kuota itu malah tidak terpakai sebab jaringan internet yang tidak merata.
Jaringan internet bisa kita samakan dengan jalan yang menghubungkan antar daerah. Sama halnya ketika jalan-jalan itu rusak dan terputus, ketika jaringan internet tidak bisa terhubung antar daerah, maka mobilitas dalam jaringan pun juga terhambat. Terutama di desa terpencil, seperti yang saya alami sendiri.
Sebagai mahasiswa yang harus tetap mengikuti kuliah meski pandemi tengah berlangsung, saya merasa kesulitan dengan ketidakadaan jaringan internet di desa saya. Desa saya tidak termasuk desa yang bisa dibilang terpencil, tapi sinyal internet di sana begitu jarang. Sampai-sampai saya harus pergi ke tempat dekat kota demi mengikuti kuliah. Lantas, bagaimana teman-teman saya yang bertempat tinggal jauh bahkan sangat jauh dari kota? Mungkin pemerintah bisa menjawabnya.
Hal seperti inilah yang menghambat pertumbuhan laju ekonomi dan pendidikan di Indonesia. Pembangunan masih bersifat geosentris. Masih berpusat pada wilayah-wilayah perkotaan. Padahal pemerintah berkali-kali menggaungkan bahwa kekuatan negara ada di desa. Namun, nyatanya keadaan desa saat ini, sengaja maupun tidak sengaja, kembali dilupakan, tak terkecuali dalam hal jaringan internet.
Kita tahu ini bukan masalah baru. Sudah sedari dahulu masalah sejenis bermunculan. Mengenai pembangunan yang tidak pernah pernah merata. Berkali-kali bahkan menjadi perhatian utama. Namun, mirisnya, ketika hal itu berangsur-angsur tidak dibicarakan. Masalah ini menguap begitu saja tanpa pernah berhasil diselesaikan.
Melihat kembali kepada Singapura. Kita ambil contoh dalam bidang usaha. Meski sebenarnya saya menekankan tulisan ini dalam bidang pendidikan. Tapi bisa kita bandingkan nantinya. Bayangkan, jika terdapat informasi bahwa salah satu perusahaan besar di dunia menjual saham mereka dengan harga miring, dan hanya disebarkan lewat internet. Bisa kita tebak, mana cepat pengusaha Indonesia dan pengusaha Singapura dalam mengetahui informasi tersebut? Mungkin kita bisa jawab sendiri berdasarkan data pasti di awal tulisan.
Apa benar pemerintah hanya peduli jika kami harus memviralkan diri dengan mengunggah video pembelajaran jarak jauh kami di atap rumah seperti yang terjadi di Amerika beberapa waktu lalu? Hanya agar kami mendapat simpati dari banyak orang lalu semua orang mendesak pemerintah untuk segera turun tangan? Jangankan untuk rencana semacam itu, untuk mengunggah video saja kami sangat kesulitan. Maka kami sangat risau ketika dosen memerintah membuat tugas kuliah dalam bentuk video.
Oleh karenanya, mari kita pikirkan bersama-sama. Pendidikan bisa maju dengan cara menopang segala penunjang dalam pelaksanaannya. Untuk saat ini, sebab pandemi mengharuskan pembelajaran dengan jarak jauh. Maka internet merupakan salah satu penopang penting dalam pelaksanaan pendidikan. Lain halnya ketika pembelajaran tatap muka langsung yang tidak perlu menggunakan peranti elektronik dan internet. Lantas, kapan Indonesia bisa melangkah maju jika masih berkutat dalam keadaan demikian sementara negara-negara tetangga kita sudah mengambil beribu-ribu langkah? Barangkali pemerintah hanya menjawab, “biarlah waktu yang menjawabnya”. (*)
*) Hilmi Lukman Baskoro, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2020 Universitas Jember.