APAKAH PEREMPUAN MASIH DI DISKRIMINASI?
sebuah opini dari Divisi Pendidikan dan Penalaran
Jika berbicara tentang perempuan,
stigma yang muncul yaitu perempuan selalu menjadi orang kedua (second lead).
Bahkan jika berbicara dalam Budaya Jawa, perempuan itu hanya bertugas untuk manak,
masak, dan macak. Hanya sebatas itu peran perempuan dalam setiap kehidupan.
Perempuan seakan tidak berhak untuk memberi keputusan, memimpin, dan kegiatan
yang biasa kaum laki-laki lakukan. Jika kembali ke masa penjajahan, perempuan
pun tidak boleh bersekolah, karena stigma yang masih melekat terhadap
perempuan. Namun, tentu zaman berubah dan cara berfikir juga ikut berubah
sesuai dengan perkembangan zaman. Orang-orang sudah mulai berfikir terbuka
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
stigma yang muncul yaitu perempuan selalu menjadi orang kedua (second lead).
Bahkan jika berbicara dalam Budaya Jawa, perempuan itu hanya bertugas untuk manak,
masak, dan macak. Hanya sebatas itu peran perempuan dalam setiap kehidupan.
Perempuan seakan tidak berhak untuk memberi keputusan, memimpin, dan kegiatan
yang biasa kaum laki-laki lakukan. Jika kembali ke masa penjajahan, perempuan
pun tidak boleh bersekolah, karena stigma yang masih melekat terhadap
perempuan. Namun, tentu zaman berubah dan cara berfikir juga ikut berubah
sesuai dengan perkembangan zaman. Orang-orang sudah mulai berfikir terbuka
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Banyak perempuan-perempuan berani
menyuarakan emansipasi, meminta kesetaraan gender. Hingga sekarang bisa dilihat
dan bahkan dirasakan sendiri, banyak sekali perempuan yang memiliki peran ganda
dalam kehidupannya. Contohya; seperti seorang perempuan yang tetap menjalankan
tugasnya sebagai ibu (menjadi istri, mengurus suami dan anak) dan ia pun masih
tetap bisa menjadi seorang wanita karir. Banyak contoh bahwa Indonesia sudah
mulai terlepas dari stigma perempuan seperti yang telah dipaparkan diatas.
Seperti presiden ke-5 ibu Megawati Soekarno Putri, hal ini tentu menunjukkan
bahwa perempuan bisa memimpin dan memberikan keputusan bahkan mempimpin Negara.
Sejatinya perempuan juga memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan besar.
menyuarakan emansipasi, meminta kesetaraan gender. Hingga sekarang bisa dilihat
dan bahkan dirasakan sendiri, banyak sekali perempuan yang memiliki peran ganda
dalam kehidupannya. Contohya; seperti seorang perempuan yang tetap menjalankan
tugasnya sebagai ibu (menjadi istri, mengurus suami dan anak) dan ia pun masih
tetap bisa menjadi seorang wanita karir. Banyak contoh bahwa Indonesia sudah
mulai terlepas dari stigma perempuan seperti yang telah dipaparkan diatas.
Seperti presiden ke-5 ibu Megawati Soekarno Putri, hal ini tentu menunjukkan
bahwa perempuan bisa memimpin dan memberikan keputusan bahkan mempimpin Negara.
Sejatinya perempuan juga memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan besar.
Melihat contoh-contoh yang sudah
terjadi dikehidupan nyata, seakan wanita sudah terbebas dari diskriminasi. Maka
pertanyaan yang akan timbul, apakah wanita benar-benar telah terbebas dari
diskriminasi dari segala aspek? Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita
menelaah lebih dalam tentang kiprah perempuan, terutama pada industri media.
Industri media tentu menjadi alat yang
sangat penting dalam berbagai bidang mulai dari strategi pemasaran hingga
politik. Apakah perempuan masih didiskriminasi dibalik seruan emansipasi?
terjadi dikehidupan nyata, seakan wanita sudah terbebas dari diskriminasi. Maka
pertanyaan yang akan timbul, apakah wanita benar-benar telah terbebas dari
diskriminasi dari segala aspek? Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita
menelaah lebih dalam tentang kiprah perempuan, terutama pada industri media.
Industri media tentu menjadi alat yang
sangat penting dalam berbagai bidang mulai dari strategi pemasaran hingga
politik. Apakah perempuan masih didiskriminasi dibalik seruan emansipasi?
Dalam media cetak (koran) ataupun
media daring (koran online ataupun situs web). Judul berita dibuat
sedemikian rupa agar terlihat menarik minat pembaca. Sayangnya, banyak judul
berita yang menggunakan kata-kata yang berbau vulgar dan erotis, mengatasnamakan
perempuan. Hal ini tentu membuktikan bahwa sebenarnya perempuan masih didiskriminasi,
meskipun tidak dalam perlakuan seperti dulu lagi. Diskiriminasi yang terjadi
pada saat ini, ada pada media maupun pemakaian bahasa. Kita tahu bahwa berita
yang berbau negatif atau pornografi itu tentu lebih menarik untuk dibaca. Tidak
hanya di industri media cetak, namun dengan media foto atau vidiografi untuk
pemasaran suatau produk. Tentu kita melihat kebanyakan pakaian siapa yang
terbuka, pasti bagian tubuh peremuan ada yang dipamerkan. Tentu dengan tujuan
menarik perhatian pasar untuk sekadar melihat produk yang ditawarkan.
media daring (koran online ataupun situs web). Judul berita dibuat
sedemikian rupa agar terlihat menarik minat pembaca. Sayangnya, banyak judul
berita yang menggunakan kata-kata yang berbau vulgar dan erotis, mengatasnamakan
perempuan. Hal ini tentu membuktikan bahwa sebenarnya perempuan masih didiskriminasi,
meskipun tidak dalam perlakuan seperti dulu lagi. Diskiriminasi yang terjadi
pada saat ini, ada pada media maupun pemakaian bahasa. Kita tahu bahwa berita
yang berbau negatif atau pornografi itu tentu lebih menarik untuk dibaca. Tidak
hanya di industri media cetak, namun dengan media foto atau vidiografi untuk
pemasaran suatau produk. Tentu kita melihat kebanyakan pakaian siapa yang
terbuka, pasti bagian tubuh peremuan ada yang dipamerkan. Tentu dengan tujuan
menarik perhatian pasar untuk sekadar melihat produk yang ditawarkan.
Industri media bukanlah satu-satunya
media yang sering mengekploitasi tubuh perempuan. Ekspoitasi ini terjadi dimana
saja, contohnya pada stiker yang ditempel di belakang sebuah truk, kebanyakan
dari itu, memamerkan kemolekan perempuan. Jadi sejatinya perempuan belum
terbebas dari diskriminasi, meskipun sekarang diskriminasinya berbeda dari yang
sebelumnya. Jika sebelumnya diskriminasi tentang peran perempuan. Sekarang
diskriminasi dilakukan oleh bahasa yang ditulis jurnalis dalam beritanya dan
gambar perempuan dengan pakaian terbuka untuk memamerkan suatu produk.
media yang sering mengekploitasi tubuh perempuan. Ekspoitasi ini terjadi dimana
saja, contohnya pada stiker yang ditempel di belakang sebuah truk, kebanyakan
dari itu, memamerkan kemolekan perempuan. Jadi sejatinya perempuan belum
terbebas dari diskriminasi, meskipun sekarang diskriminasinya berbeda dari yang
sebelumnya. Jika sebelumnya diskriminasi tentang peran perempuan. Sekarang
diskriminasi dilakukan oleh bahasa yang ditulis jurnalis dalam beritanya dan
gambar perempuan dengan pakaian terbuka untuk memamerkan suatu produk.
Apakah diskriminasi ini akan
berakhir? Atau akan tetap berjalan dengan bentuk yang lain?
berakhir? Atau akan tetap berjalan dengan bentuk yang lain?
Memang miris sering kali melihat keindahan wanita dijadikan pajangan ataupun sebagai iklan pemasaran, perlu adanya sosialisasi kepada pihak bersangkutan untuk lebih memperhatikan dampak negatif dari hal tersebut