Karya Julian Virdaus Zahro
ADEGAN 1
DI SEBUAH RERUNTUHAN RUMAH YANG TEMBOKNYA TIDAK BERDIRI SECARA UTUH,
PUING-PUING BERSERAKAN DAN DI TENGAH RUANGAN ITU ADA MEJA KAYU DAN 4 KURSI YANG
LETAKNYA BERANTAKAN SERTA KONDISINYA SANGAT TIDAK LAYAK UNTUK DIPAKAI. (KURSI
KAYU GOSONG TETAPI MEJANYA TETAP UTUH DAN BERIDIRI)
(suara di belakang
layar)
Ayo masuk!!… kita sudah jauh-jauh datang ke sini, sayang banget kalau
ga masuk…. tapi di dalam aman kan? Takutnya, tempat ini sudah dijadikan sarang
binatang buas atau bahkan sarang bagi para kriminal….
Aman kok, sejauh yang kutahu, tempat ini terlindungi dengan baik. Dapat
kupastikan bahwa belum ada orang lain yang pernah sampai ke dalamnya, toh
tempatnya juga jauh dari pemukiman.…
Yasudah kalo gitu, aku
percaya kamu…
DUA SOSOK REMAJA MASUK KE DALAM BANGUNAN ITU DENGAN WAJAH YANG KAGUM
NAMUN TETAP WASPADA.
Reza
Wah, ternyata bener katamu, di dalamnya pun masih bersih dari penjarahan
dan vandalisme. Kamu hebat banget! aku tak menyangka kamu bisa menemukan tempat
ini. Kukira kamu hanya bisa mengais sampah atau sekadar mencuri buah dari pohon
milik orang lain.
Radit
Hei, apakah itu pujian?. Kok rasanya terdengar seperti hinaan ya. Ah
yasudah lah, jadi ceritanya waktu itu aku terperosok ketika berjalan-jalan di
sekitar sini. ajaibnya aku malah terbawa ke depan rumah ini. Aku berpikir kalau
reruntuhan rumah ini bisa kujadikan markas rahasia makanya aku memasukinya
tanpa pikir panjang.
Reza
Hahaha… udah tua kok masih
main markas-markasan. Radit, Radit…
Radit
Ya…. Terserah aku lah, aku memilih untuk bersenang-senang daripada
menghabiskan waktuku untuk duduk di bangku sekolah. oh iya, taruh tasmu di meja
ini aja, biar ga berat (menepuk-nepuk mejanya dan debu berterbangan)
Reza
Uhuk… uhuk, dasar bodoh!.. (reza meletakkan tasnya di atas meja itu)
Udah tau kalau ini bangunan tua dan berdebu, ngapain kamu tepuk-tepuk segala…
kamu lupa kalau aku punya riwayat penyakit asma.
Radit
Ya maaf, aku kan tidak sengaja… Siapa sangka debunya akan setebal ini,
terakhir kali aku ke sini nggak gini kok Tapi kamu nggak papa kan? Pulang lebih
larut dari biasanya. Ini sudah jam 4 lewat 10 loh. Bisa-bisa kita pulang sampai
malam.
Reza
Gapapa, gapapa. Meskipun ini terlihat seperti kamu menculikku ke tempat
terpencil yang menyeramkan dan sepi, dan apa pun bisa terjadi di tempat ini
tanpa ada seorang pun yang bisa mendengar jika ada teriakan. Aku datang ke sini
atas kemauanku sendiri kok, katamu, kamu melihat hantu di rumah ini.. mana?..
aku ingin segera menelitinya, menangkapnya, dan membawanya ke labku untuk
dibedah, dikuliti, dan dipelajari luar dalam, dengan begitu aku bisa
menerbitkan jurnal ilmiah yang diakui di seluruh dunia hahahaha…
Radit
Ugh… dasar ilmuan gila. Rasanya kamu lebih setan daripada setan yang ada
di tempat ini.. Lagipula, setan itu tidak muncul begitu saja, setan itu muncul
sesuka dia. Tapi.. kenapa kamu sebegitu gilanya ingin melihat setan.
Reza
Bukan gila.. tapi dulu, aku pernah mendapat cerita dari kakekku. Katanya
dia pernah bertemu dengan sesosok hantu saat ia masih kecil. Kebanyakan hantu
yang diceritakan orang-orang kan serem, jahat, pemarah, tapi berbeda dengan
yang ada di cerita kakekku, hantu yang pernah beliau temui itu seperti manusia
pada umumnya. Aku yang skeptis tentu tidak mau percaya hal itu, entah itu hantu
jahat kek, hantu baik kek, aku cuma ingin membuktikan bahwa semua tidak ada
yang namanya hantu. Sekalipun ia ada, aku ingin menangkapnya dan meneliti
keberadaannya. Makanya aku terkejut ketika sahabatku sendiri malah mengaku
melihat sosok hantu itu.
Radit
Tapi aku beneran loh!!.. setan itu tiba-tiba aja muncul di tempat ini.
Gak ada tanda-tanda seperti langkah kaki atau semacamnya, tau-tau, dia sudah
ada di depanku!, ya aku langsung lari lah.
Reza
Memangnya sosok kayak apa yang menunjukkan dirinya padamu? Apakah ia
perempuan berambut panjang dan berdaster putih?
Radit
Bukan!… itu mah kuntilanak, kalau aku tau jenis setannya, aku bisa aja
ngomong langsung padamu, tapi yang kulihat ini beda, setan ini ga keliatan
kayak setan, dia manusia biasa, agak transparan, tapi pakaiannya kuno
banget…
Reza
(menghela napas) yasudahlah untuk kali ini, aku asumsikan pengakuanmu
itu benar. Ayo tunggu sampai hantu itu muncul.. (berjalan ke pojok ruangan
dengan sedikit sempoyongan) Kok… rasanya aku tiba-tiba pusing ya… tiba-tiba
mataku berat sekali (semakin lama semakin lemas)
Radit
(membopong reza yang lemas) Reza!… reza.. kamu kenapa?… apa ini
semacam penyakitmu?… loh, Reza! (tiba-tiba juga merasa lemas dan
pingsan)
SUARA LONCENG TERDENGAR BARSAHUT-SAHUTAN DARI SEGALA ARAH, SUARA
KERIBUTAN BERSAHUT-SAHUTAN DAN SEKETIKA LAMPU DIMATIKAN DAN SEMUA SUARA
TIBA-TIBA SIRNA…
Adegan 2
DI TEMPAT YANG SAMA, KESUNYIAN ITU DIIKUTI DENGAN LAMPU
YANG MULAI MENYALA SECARA PERLAHAN, MEMPERLIHATKAN PEMANDANGAN SEBUAH RUANG
MAKAN DENGAN MEJA YANG BERSIH, EMPAT KURSI YANG TERTATA RAPI DAN SESOSOK WANITA
YANG TERLIHAT SEDANG MEMASAK. DAN SEORANG PRIA YANG BERDIRI DALAM POSISI
MENELPON, TAPI MEREKA DIAM MEMATUNG HINGGA TERDENGAR SUARA LONCENG YANG
MENGGEMA KE SELURUH RUANGAN DAN MEMBUATNYA BERGERAK.
Ibu
(menghidangkan makanan-makanan ke meja makan) Pahh!.. ini makanannya
sudah siap… ayo panggil anak-anak juga ya
Bapak
(masih teleponan dengan orang
lain) Iya sebentar mah (berbicara pada telpon: Yasudah!… nanti kita cari
solisinya bareng-bareng) (menutup telpon dengan cara membanting) (berjalan ke
luar ruangan dan memanggil anak-anaknya) Sari !, Faris !, ayo keluar dari kamar
kalian!, sudah saatnya makan malam.
SEKELUARGA ITU BERKUMPUL DI RUANGAN ITU UNTUK MAKAN MALAM, MEREKA DUDUK
DI KURSI YANG SUDAH TERTATA RAPI.
Ibu
Pah, kalau makan malam gausah nunjukin wajahmu yang cemberut gitu,
suasananya kan jadi nggak enak. Biasa aja dong, emangnya masakanku kurang enak
tah? Kalo gitu gak usah dimakan aja gakpapa.
Bapak
Bukan begitu, gini loh mah. Kamu tau kan kalau kita gagal panen musim
ini?. Ini pasti ulah pak Erik! Dia kan salah satu pesaing kita di sektor bisnis
ini… entah cara kotor apa lagi yang dia pakai untuk menggagalkan bisnis
kita.
Sari
Sudah lah pa, papa gausah berburuk sangka sama orang lain. Kan belom
tentu itu ulah pak Erik, siapa tau kita memang lagi apes aja …
Bapak
Ngapain kamu ngebela pak Erik, Oh.. papa tau, kamu pasti menjalin
hubungan sama anaknya ya? pantesan kamu sekarang sering ngelawan dan pulang
malem. Sampe-sampe kamu berani ngelawan papa ya?
Sari
Bukan begitu pa!, aku cuma temenan sama Roni kok. Toh yang Sari katakan
itu bener kan, bisnis kan ada naik turunnya. Tidak selamanya kita bernasib
baik, Pa.
Bapak
(membentak meja dengan keras)
Sari! Kamu diam saja, kamu tau apa soal bisnis orang dewasa?
Sari
Sari sudah dewasa Pa!, jangan anggap sari anak kecil lagi yang
tidak mengerti apa pun. (dibentak begitu membuat Sari sedikit menangis)
Ibu
(memarahi bapak) Hei!.. jangan membentak anakmu sendiri, benar yang
dikatakannya, siapa tau memang bukan rezeki kita. (berbicara kepada Sari)
Sudah, jangan sedih, papamu memang begitu akhir-akhir ini. Sebaiknya kamu juga
jangan memicu amarahnya
Sari
Baik ma.. maafkan aku, aku juga yang salah pa
MEREKA MELANJUTKAN MAKAN MESKIPUN SUASANANYA MENJADI DINGIN. MEREKA
MENYELESAIKAN MAKAN MALAMNYA LALU KEMBALI KE KAMAR MASING-MASING. MENYISAKAN
BAPAK DAN IBU YANG MASIH DUDUK DI KURSINYA.
Ibu
Tidak baik marah marah gitu di depan anakmu, Pa. Nantinya dia bisa
trauma atau bahkan mencontoh hal itu ke anaknya. Kamu lihat tadi kan, Sari
sampe nangis gitu. Aku yakin Sari juga punya permasalahannya sendiri, tidak
hanya Papa yang dilanda masalah. (membereskan masakan dan menaruhnya di
washtafel)
Bapak
Iya, Ma, aku sadar aku memang berlebihan. Aku hanya tidak terima kalau
anakku, darah dagingku sendiri malah membela Pak Erik, sainganku, kompetitor
bisniskuku. Aku merasa sedikit sakit hati.
Ibu
Sukurlah kamu menyadari kesalahanmu, Pah. Jangan diulangi lagi ya…
(terdengar suara burung gagak) Kok rasanya, malam ini sangat berbeda ya, ada
sesuatu yang tidak mengenakkan dan aku merasakan hawa yang mencekam dari tadi,
kamu juga pah?
Bapak
Entahlah, aku tidak terlalu memikirkannya, aku sudah cukup pusing
memikirkan nasib ke depan dari keluarga ini, tabungan kita menipis, gagal
panen, membayar pajak, dan segala keperluan-keperluan lain yang memerlukan
uang.
Ibu
Kurasa sesekali, kamu perlu istirahat pah, tidak baik menanggung semua
beban itu secara terus-terusan. Itu bisa memicu penyakitmu. Mending papa tidur
sekarang, sudah larut gini, semua yang berkaitan dengan bisnis lanjutkan saja
esok hari, oke
Bapak
Baiklah, Ma, aku akan menunggu di kamar tidur… selamat malam
(meninggalkan ruangan)
Ibu
Selamat malam.
SUARA LONCENG KEMBALI TERDENGAR, REZA DAN RADIT YANG DARI TADI MEMANG
SUDAH ADA DI POJOK RUANGAN TERBANGUN DAN MELIHAT SOSOK IBU YANG SEDANG MENCUCI
PIRING SAMBIL BERGUMAM. DI SAAT YANG BERSAMAAN JUGA, IBU MENOLEH MELIHAT RADIT
DAN REZA.
Ibu
(melihat Reza dan Radit dengan
terkejut dan waspada) Ha…hantuu!!!.. (berlari ke luar ruangan itu)
LAMPU RUANGAN TIBA-TIBA REDUP SEPERTI ADA YANG MEMATIKANNYA.
ADEGAN 3
DI TEMPAT YANG SAMA DENGAN PENCAHAYAAN HANYA DARI SINAR BULAN BERWARNA
KEBIRUAN YANG MENEMBUS MELALUI JENDELA RUANGAN ITU.
Radit
Lah, kita malah dikira setan, padahal sudah jelas-jelas kalau dia
setannnya
Reza
Sayang sekali kita tidak dapat menangkap hantu itu. Aduh… kepalaku
rasanya masih berputar-putar. Aku heran, kenapa kamu masih terlihat ceria-ceria
saja setelah melalui hal-hal tadi.
Radit
Hal apa yang kamu maksud? Aku tadi rasanya bermimpi indah dan tiba-tiba
bangun di tempat ini…Hah!… oiya… ini sudah jam berapa? Kok sudah gelap?. Apa
kita ketiduran sampe malem di sini?
Reza
Oh benar, sebentar aku mau ambil hpku… (mencari ke meja tapi tasnya udah
hilang) Eh!.. perasaan tadi aku taruh tasku di atas meja ini… tunggu sebentar,
sejak kapan rumah ini jadi sebagus ini? Dari mana listrik ini berasal? Bukannya
tempat ini harusnya sudah runtuh ya?. Kurasa kita telah dipindahkan ke suatu
tempat yang asing.
Radit
Oiya, aku baru sadar juga. Apa sebaiknya kita cari jalan keluar ya…
kurasa ini tempat yang berbeda dari tempat kita pingsan. Sebelum sesuatu yang
menculik kita itu menunjukkan dirinya, sebaiknya kita cepat pergi.
Reza
Yaudah ayo lewat jalan itu, (menunjuk salah satu pintu keluar) Mereka
berjalan ke luar dengan berbaris, Reza di depan dan Radit di belakangnya. Saat
mereka berhasil meninggalkan ruangan itu, terdengar bunyi lonceng sekali,
membuat mereka kembali lagi ke ruangan yang sama.
Radit
Loh, tempat ini lagi?… kukira kita sudah berjalan cukup jauh di
lorong-lorong yang panjang itu
Reza
Kamu benar, padahal aku merasa sudah berjalan lurus tapi malah memutar
kembali ke tempat ini… gini deh, gimana kalo kita pilih jalan yang ini?
(menunjuk jalan lain)
Radit
Ayo, kita harus segera pulang karena dini sudah malam. Mereka
meninggalkan ruangan itu, lonceng berbunyi, mereka kembali ke ruangan yang sama
dari arah yang berbeda.
Reza
Loh, malah ke tempat ini lagi.. (ngos-ngosan karena kelelahan)
Sebaiknya, kita istirahat di tempat ini dulu… itu, ada dispenser, kita minum
dulu oke
Radit
Sudah capek-capek malah kembali lagi ke tempat ini. Ini rumah atau
labirin sih… Tapi selama keliling-keliling tadi, kamu sadar sesuatu ga?
Reza
Apa?.. jalannya yang memutar? Atau jangan-jangan kamu sempat melihat
hantu tadi?
Radit
Bukan, tapi aku mencium bau yang sangat menyengat, seperti… bau seperti
minyak tanah, aku heran mengapa di sekeliling rumah ini terdengar bau
itu.
Reza
(berpikir) Minyak tanah, jangan
jangan… (Terdengar suara langkah kaki diikuti sesosok anak kecil, dia adalah
Faris yang berjalan menuju ruangan itu utnuk mengambil air) Berbisik: “cepat
sembunyi…!”
Radit
Berbisik: “baiklah, tapi lihat.. bukankah itu hantu yang ingin kamu
lihat kan, uh.. pakaiannya kuno sekali.”
Reza
Sebentar, aku punya ide, aku akan berkomunikasi dengannya, aku ingin
segera keluar dari tempat ini. Radit Jangan gegabah !!
Reza
(keluar dari tempat persembunyiannya dan menemui Faris) Halo… salam
kenal, aku Reza, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu
Faris
(minum air) ampun, hantu… jangan sakiti saya, jangan makan saya, rasanya
tidak enak..
Reza
Tenang-tenang, aku bukan hantu… aku hanya orang biasa yang tersesat di
rumah ini… bisakah kamu membantuku untuk pergi dari sini, lihat.. aku tidak
akan menyerangmu, oh iya, aku juga punya teman, keluarlah!!
Radit
(Keluar dari tempat persembunyian) Hai nak, perkenalkan aku Radit, kalau
boleh tau, siapa namamu?
Faris
Saya.. nama saya Faris, umur 10 tahun… mengapa kalian para hantu ada di
rumah saya? Apakah kalian bermaksud untuk mencelakai keluarga saya?
Reza
Sudah kubilang, kami bukan hantu… mengapa kamu tetap berkata kalau kami
itu hantu?
Faris
Itu karena, kalian… terlihat… tembus pandang… itu yang saya lihat.
Saya jujur, kalian terlihat tembus pandang di mata saya. Tidak ada manusia
normal yang terlihat seperti itu.
Radit
Sudahlah, tidak penting apakah kami hantu atau bukan, tapi Faris, apakah
kamu tau cara untuk keluar dari rumah ini?
Faris
Lewat pintu… tapi saya mau bertanya sekali lagi, kalian tidak jahat
kan?
Reza
Tentu tidak, kami hanya hantu yang tersesat dan tidak tau cara untuk
kembali pulang. kami mau minta bantuan Faris supaya kami tidak menghantui
keluargamu. Apakah kamu bersedia untuk membantu kami?
Radit
(berbisik pada reza) Jelas-jelas
dia yang hantu dan kita manusia, kok kamu malah bilang gitu.
Reza
(berbisik balik) Sudahlah, ikuti rencanaku.
Faris
Baiklah-baiklah, saya akan membantu kalian untuk keluar dari sini. kalau
begitu saya akan menggambarkan denahnya ya, supaya kalian tidak tersesat lagi.
(mengambil krayon dan kertas di sebuah laci lalu duduk di kursi dan menggambar
denah di meja) Ini ruangan kita saat ini…
(TERDENGAR SUARA KERAMAIAN DAN TERIAKAN DARI IBU: KEBAKARANN!) SITUASI
MENJADI KACAU, API YANG MENJALAR SUDAH SAMPAI KE RUANGAN ITU, ASAP-ASAP
MEMENUHI RUANGAN DAN TERILHAT SOSOK AYAH YANG MEMASUKI RUANGAN ITU MENCARI
KEBERADAAN FARIS.
Ayah
Ayo keluar dari sini…!!
Faris
Tapi pa… Faris belum selesai membantu hantu-hantu ini.
TANPA MENYELESAIKAN
KALIMATNYA, AYAH MENGGENDONG FARIS DAN MEMBAWANYA KELUAR RUANGAN ITU. DI
RUANGAN ITU TERSISA RADIT DAN REZA YANG JUGA IKUT PANIK NAMUN TIDAK TAU HARUS
KE MANA. DIIKUTI SUARA LONCENG YANG SEMAKIN TERDENGAR JELAS. KEBAKARAN ITU
MELUAS HINGGA PUNCAKNYA ADALAH SUARA LONGSORAN ATAP RUMAH YANG ROBOH, DIIKUTI
LAMPU YANG MATI DAN SUARA YANG BISING ITU TIBA-TIBA MENJADI SUNYI.
ADEGAN 4
LAMPU PERLAHAN
MENYALA, RUANGAN ITU KEMBALI BERANTAKAN DENGAN EMPAT KURSI YANG KOSONG DAN TAS
YANG ADA DI ATAS MEJA SERTA BANYAK PUING-PUING YANG BERCECERAN DI LANTAI
RUANGAN ITU. REZA DAN RADIT TAMPAK PINGSAN DI POJOK RUANGAN. SUARA LONCENG
BERGEMA SEKALI. REZA DAN RADIT BANGUN DARI PINGSANNYA.
Radit
Uhuk, uhuk uhuk… rasanya ada asap di tenggorokanku….. sudah pagi
rupanya…, Reza, Reza!… kamu tidak apa?.. kamu melihat mimpi yang sama dengan
yang aku lihat kan?.
Reza
Uhuk, uhuk… Faris!… aku harap dia baik-baik saja. Aku heran bagaimana
kita bisa selamat dari kebakaran itu..
Radit
Tidak tunggu, Lihatlah sekitarmu.. bukankah ini jelas-jelas bekas
kebakaran… oh iya coba lihat hpmu, sekarang tanggal berapa.
Reza
Oh iya tasku!.. (segera mengambil hp yang ada di tasnya yang ada di atas
meja) Sekarang pukul… 4 lewat 17 menit… apa, ini baru lewat tujuh menit dari
sejak terakhir kali aku lihat jam.. Radit Kamu pasti bercanda!… trus, yang
kita lalui itu apa? Rasanya lama banget dan panjang banget… oh coba lihat di
sebelah tasmu itu ada suatu benda
Reza
Ini kan… krayon dan kertas yang dikeluarkan Faris saat ia hendak
menggambar denah rumahnya… tapi sebagian dari kertas ini sudah terbakar,
sebagiannya lagi masih utuh. Aku ragu, apakah yang kita alami tadi itu
benar-benar nyata atau cuma mimpi belaka.
Radit
Tidak mungkin mimpi!.. bukankah itu semua sudah jelas! Bahwa kita…
RADIT DAN REZA MENGATAKAN SECARA BERSAMAAN
RADIT: “KEMBALI KE MASA LALU !”, REZA: “DISTORSI INGATAN!”
Radit
Tidak,tidak. Sudah jelas kita kembali ke masa di saat rumah ini masih
utuh sampai di saat rumah ini terlalap api, apa-apaan distorsi ingatan itu. Aku
baru mendengarnya.
Reza
Tidak mungkin, kembali ke masa lalu itu mustahil dilakukan dalam hukum
fisika. Kemungkinan yang mendekati adalah, reruntuhan ini menyerap semua
kepingan memori dan menyimpannya di tempat yang aman, kemudian reruntuhan ini
secara paksa mengirimkan memori itu kepada otak kita yang membuat kita seolah
mengalami hal-hal yang sebelumnya pernah terjadi di tempat ini.. Ya betul…
kurasa hipotesis ini adalah satu-satunya kemungkinan yang benar.
Radit
Lalu soal lonceng itu?
REZA TAMPAK MENGOCEH
SENDIRI SOAL TEORINYA, LALU IA MEMAKAI KEMBALI TASNYA DAN BERJALAN KELUAR DARI
RUANGAN ITU DIIKUTI OLEH RADIT. DIIKUTI JUGA OLEH FARIS YANG MEMEGANG SEBUAH
LONCENG DI TANGANNYA. LONCENG ITU DIBUNYIKAN, LAMPU MATI PANGGUNG DITUTUP.
BABAK 1 SELESAI.